PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DAN HASIL BELAJAR
IPA MATERI PESAWAT SEDERHANA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI 2 PLATAR
KECAMATAN TAHUNAN KABUPATEN JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
oleh : MUKHOLIS
ABSTRAK
Suatu
keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh dikuasainya tujuan pembelajaran oleh
siswa. namun dalam kegiatan pembelajaran guru sering dihadapkan dengan berbagai
masalah. Masalah tersebut bisa terjadi dari guru itu sendiri maupun siswa,
fasilitas belajar, sistem evaluasi, dan bahkan sekolah.
Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa tentang pesawat sederhana
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas V semester 2
SD Negeri 2 Platar tahun pelajaran 2012/2013.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran
siklus I pada hari Jum’at, tanggal 8 Maret 2013 pukul 07.30 s.d. 08.40 dan
pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 16 Maret 2013 pukul 07.30 s.d. 08.40 di kelas V SD Negeri 2 Platar.
Setelah perbaikan pembelajaran pada
siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual, siswa yang tuntas
ada 10 siswa dengan nilai rata-rata 81 dan tingkat ketuntasan 59%. Pada
perbaikan pembelajaran siklus 2 guru menekankan memperbanyak keaktifan siswa
pada setiap kegiatan pembelajaran. Ternyata dari hasil tes formatif, ada 16
siswa yang tuntas dan hanya 1 siswa yang belum tuntas dengan nilai rata-rata 91
dan tingkat ketuntasan 94%.
Dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar IPA materi
pesawat sederhana siswa kelas V semester 2 SD Negeri 2 Platar.
Kata
kunci : model pembelajar kontekstual, hasil belajar dan aktivitas siswa
I.
Pendahuluan
A. Latar
Belakang Masalah
1.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) SD Negeri 2 Platar tahun pelajaran 2012/2013 semester
2 menetapkan nilai KKM IPA yaitu 75. Dari hasil analisis tes formatif,
diketahui bahwa siswa kesulitan dalam pembelajaran IPA dengan topik pesawat
sederhana. Dilihat dari nilai rata-rata hanya 65,29. Dari jumlah siswa 17 anak,
yang belum tuntas 11 anak, sedangkan yang tuntas hanya 6 anak dan itu berarti
bahwa ketuntasan belajar hanya 35%. Oleh karena itu peneliti melakukan refleksi
dan berdiskusi dengan teman sejawat dan supervisor 2, ternyata ada beberapa
masalah yang mungkin menjadi penyebabnya dan harus diperbaiki yaitu:
a.
Guru kurang dalam memanfaatkan alat
peraga.
b.
Guru terlalu banyak menggunakan metode
informasi.
c.
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
d.
Siswa kesulitan dalam pembelajaran IPA
tentang pesawat sederhana.
Belajar merupakan perubahan perilaku
akibat dari suatu pengalaman . belajar terjadi bilamana menyebabkan suatu
perubahan pengetahuan, dan perilaku yang relatif permanen pada seseorang atau
individu. (Anita E. Woolfolk, dalam Agus Taufiq, 2011 : 5.3). siswa telah
dikatakan belajar jika ia mampu menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap atau
keterampilan tertentu yang bersifat menetap sebagai akibat siswa tersebut
mengalami sesuatu, artinya aktif atau sadar melakukan sesuatu atau berinteraksi
dengan lingkungan tertentu sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan
siswa dapat mengaplikasikan tujuan pembelajaran tersebut dengan kehidupan
nyata.
2.
Analisis Masalah
Melalui diskusi dengan teman sejawat
dan supervisor 2 diketahui bahwa penyebab siswa kurang menguasai materi yang
diajarkan adalah:
a.
Alat peraga/gambar kurang jelas.
b.
Informasi terlalu cepat.
c.
Minat anak dalam pembelajaran IPA rendah
dan guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran IPA tentang pesawat
sederhana.
d.
Guru kurang memotivasi siswa.
3.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan
masalah
a.
Guru perlu menggunakan alat peraga benda
atau alat yang menggunakan prinsip pesawat sederhana
b.
Guru perlu memaksimalkan dalam
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada.
c.
Guru harus membuat suasana Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan.
d.
Guru harus sebagai motivator dan
fasilitator agar siswa antusias dan selalu terlibat dalam pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan
analisis masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah pembelajaran IPA dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa tentang pesawat sederhana pada siswa kelas V semester 2 SD
Negeri 2 Platar Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2012/2013?
C. Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Tujuan Umum
Secara
umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menemukan kebenaran
penggunaan alat peraga benda disekitar dan agar siswa dapat berpikir kritis,
kreatif, cermat, percaya diri, dan inovatif.
2.
Tujuan Khusus
a.
Meningkatkan hasil belajar siswa tentang
pesawat sederhana dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual pada siswa
kelas V semester 2 SD Negeri 2 Platar Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara tahun
pelajaran 2012/2013.
b.
Meningkatkan aktivitas siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual pada siswa kelas V SD Negeri 2 Platar
Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Manfaat Teoritis
Secara
teoritis diharapkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan
informasi sekaligus sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mata
pelajaran IPA kelas V semester 2 dengan topik pesawat sederhana.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Peserta Didik
1)
Meningkatkan hasil belajar, minat, dan
peran aktif peserta didik dalam pembelajaran.
2)
Siswa dapat meningkatkan motivasi dalam
belajar.
3)
Siswa senang dalam pembelajaran sehingga
mengurangi kebosanan dalam belajar.
b.
Bagi Guru
1)
Guru mampu menyampaikan materi secara
mudah dan menyenangkan.
2)
Bermanfaat memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya sehingga dapat berhasil maksimal.
3)
Guru dapat berkembang secara
profesional.
4)
Dapat membuat guru percaya diri.
5)
Guru dapat berperan aktif dalam
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan.
c.
Bagi Sekolah
1)
Dapat meningkatkan mutu dan kualitas
sekolah.
2)
Meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah.
3)
Dapat memberi sumbangan yang positif
bagi kemajuan sekolah.
4)
Mewujudkan lingkungan belajar mengajar
yang sehat dan menyenangkan.
II.
Kajian
Pustaka
A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
1.
Hakekat Pembelajaran
Menurut Drs. Slameto, Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Syaiful bahri
Djamarah, 2002 : 13).
Hakekat
pembelajaran adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
merubah tingkah lakunya melalui praktek atau latihan sebagai pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.
Pembelajaran IPA SD
Menurut
Sutarno (2007 : 8.19) IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang lingkungan alam sekitarnya yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti
penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan.
Hakekat
pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan yang mencakup
kesesuaian antara situasi kehidupan yang berbeda-beda akan meningkatkan
kemampuan menalar, berupa karsa, dan berpikir kreatif pada anak didik dengan
menggunakan model pembelajaran melalui pengalaman langsung (learning by doing)
yang akan memperkuat daya ingat anak dan biaya yang sangat murah karena
menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungan anak sendiri.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan
dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu
aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu
yang belajar. Jadi, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel dalam Purwanto, 2008 : 45)
Menurut
Gagne, hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita
berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori (Purwanto, 2008 : 42)
Hasil belajar merupakan
terbentuknya konsep sebagai tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
ditetapkan dan mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Hasil belajar seringkali
digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai
bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut
diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan
memenuhi syarat.
C.
Aktivitas
Siswa
Pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika
peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas
pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada
dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak turut
serta dalam semua pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan
fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih
menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. (Hisyam Zaini, dkk,
2007 : xvi)
Belajar aktif merupakan salah satu
cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak.
Apabila siswa pasif dan hanya menerima materi pelajaran ada kecenderungan untuk
cepat melupakan apa yang telah diberikan. Padahal hasil belajar seharusnya
disimpan sampai waktu yang lama. Filosof cina, konfusius mengatakan “apa yang
saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan,
saya paham.”(Hisyam Zaini, dkk, 2007 : xvii)
D. Model Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning)
1.
Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala, model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar
mengajar (Indrawati, dkk, 2010 : 15)
Rangke L Tobing mengidentifikasi lima
karakteristik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut: (a)
Prosedur ilmiah, Suatu model pembelajaran harus emiliki suatu prosedur yang
sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang
merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta
didik. (b) Spesifikasi hasil belajar, yang direncanakan Suatu model
pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan
peserta didik. (c) Spesifikasi lingkungan belajar, Suatu model pembelajaran
menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana tanggapan peserta didik
diobservasi. (d) Kriteria penampilan, Suatu model pembelajaran merujuk pada
kriteria penerimaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik. Model
pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang
dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu. (e)
Cara-cara pelaksanaannya, Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang
menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan. (Indrawati,
dkk, 2010 : 16)
2.
Pengertian Model Pembelajaran
Kontekstual
Menurut
Wina Sanjaya (2010 : 255) Model Pembelajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
dipelajari secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Menurut
Rusman (2011 : 190) model pembelajaran CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari,
yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Ada lima karakteristik penting dalam
proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CTL. (a) Dalam CTL,
pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang
akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan
demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh
yang memiliki keterkaitan satu sama lain. (b) Pembelajaran yang kontekstual
adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowlwdge). Pengetahuan baru
itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan
mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. (c) Pemahaman
pengetahuan ( understanding knowledge),
artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami
dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang
pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru
pengetahuan itu dikembangkan. (d) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applying knowledge), artinya
pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. (e) Melakukan
refleksi (reflecting knowledge)
terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan
balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan model pembelajaran. (wina
Sanjaya, 2010 : 256)
E.
Pesawat
Sederhana
Pesawat
sederhana adalah alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan yang disusun
secara sederhana. (S. Rositawaty,
Pesawat
sederhana dibedakan menjadi empat jenis, yaitu
1.
tuas (pengungkit)
Tuas (pengungkit) adalah pesawat
sederhana yang digunakan untuk mengungkit benda yang berat.
Contoh
: gunting, tang, jungkat-jungkit,
timbangan, linggis, gerobak roda satu, pembuka kaleng, mesin pemotong kertas,
pembuka tutup botol, stapler, pinset, sapu, dayung, sekop, penjepit es.
2.
bidang miring
Bidang miring adalah permukaan
datar dengan salah satu ujungnya lebih tinggi dari pada ujung yang lain.
Contoh bidang miring yaitu pisau,
obeng, pahat, sekrup, gergaji.
3.
Katrol
Katrol adalah pesawat sederhana
yang terbuat dari roda yang tepinya beralur dan dapat berputar pada porosnya.
Katrol digunakan untuk mengangkat
benda-benda berat ke atas.
Jenis katrol antara lain katrol
tetap, katrol bebas, katrol rangkap, blok katrol atau takal.
Contoh penggunaan katrol tetap
yaitu menimba air, kerekan bendera, kerekan sangkar burung.
Katrol bebas, katrol ganda dan blok
katrol atau takal digunakan untuk mengangkat benda-benda berat di pabrik,
pelabuhan dan pedagang grosir.
4.
roda berporos.
Roda
berporos adalah pesawat sederhana yang berbentuk bundar dengan poros dibagian
tengahnya.
Roda
berporos digunakan untuk memudahkan memindah suatu benda.
Contoh
penggunaan roda berporos antara lain: sepeda, mobil, setir mobil, kursi roda,
gerobak.
(Baitur, 2004 :
87-92)
F.
Kerangka
Berfikir
1.
Siswa aktif dan kreatif dengan
pembelajaran yang variatif sesuai dengan tema yang dikembangkan.
2.
Siswa senang dan gembira
menerima pelajaran dengan baik serta rasa ingin tahu atau antusias untuk
belajar.
3.
Guru menyajikan pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan yang dapat menumbuhkan sifat ilmiah.
4.
KKM dari mata pelajaran dapat
terlampaui.
|
1.
Kondisi Ideal
|
3.
Solusi
|
1.
Siswa bosan dan jenuh dengan
pembelajaran yang kurang variatif.
2.
Siswa cenderung kurang adanya
motivasi belajar.
3.
Guru kurang memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar sehingga rasa ingin tahu siswa rendah.
4.
Siswa kesulitan dalam pembelajaran
sehingga hasil belajarnya rendah.
|
1.
Siswa belajar dengan model
pembelajaran kontekstual.
2.
Guru mengembangkan media
pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar serta obyek nyata
sehingga lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa.
|
2.
Kenyataan di SD
|
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir
tersebut, maka dapat diambil sebuah hipotesis dari penelitian tindakan kelas
ini sebagai berikut:
Diduga dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa mata pelajaran IPA pada mater pesawat sederhana kelas V
semester 2 SD Negeri 2 Platar Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
III.
Pelaksanaan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subjek,
Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam perbaikan tindakan kelas (PTK)
ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 2
Platar kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, Tahun pelajaran 2012/2013 dengan
jumlah siswa 17 anak yang terdiri dari 10 anak perempuan dan 7 anak laki-laki.
Adapun waktu
pelaksanaannya terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran
No
|
Hari/Tgl
|
Kelas
|
Kompetensi Dasar
|
Siklus
|
Pukul
|
Ket
|
1
|
Rabu,
20 Pebruari 2013
|
V
|
Menjelaskan pesawat sederhana
yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
|
Pra siklus
|
07.00-08.10
|
|
2
|
Jum’at, 8 Maret 2013
|
V
|
Menjelaskan pesawat sederhana
yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
|
I
|
07.30
-08.40
|
|
3
|
Sabtu,
16 Maret 2013
|
V
|
Menjelaskan pesawat sederhana
yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.
|
II
|
07.30 – 08.40
|
B. Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan PTK IPA ini dilaksanakan
di kelas V semester 2 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Pebruari 2013 dan
dua siklus perbaikan pembelajaran yang masing-masing dilaksanakan pada hari
Jum’at tanggal 8 Maret 2013 dan hari Sabtu tanggal 16 Maret 2013.
Tahapan dari masing-masing siklus
terdiri dari empat tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap
pengumpulan data, dan tahap refleksi.
1.
Diskripsi
Pra Siklus
a.
Tahap
Perencanaan
Pada hari Selasa, tanggal 19 Pebruari
2013 peneliti menyusun skenario rencana pembelajaran Pra Siklus mata pelajaran
IPA dengan kompetensi dasar “Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat”.
b.
Tahap
Pelaksanaan
Rencana pembelajaran pra siklus yang
telah peneliti susun dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Pebruari 2013
pukul 07.00 s.d. 08.10 di kelas V SD Negeri 2 Platar Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara.
c.
Tahap
Pengumpulan data
Pengumpulan
data pra siklus dilaksanakan hari Rabu, 20 Pebruari 2013. Kemudian hasil dari
pengumpulan data tadi dikonsultasikan kepada pembimbing.
d.
Tahap
Refleksi
Peneliti melakukan refleksi pra siklus
pada hari Kamis, 21 Pebruari 2013.
2.
Diskripsi
Siklus I
a.
Tahap
Perencanaan
Pada hari Kamis, tanggal 7 Maret 2013
peneliti dengan bimbingan supervisor 1 dan 2 membuat skenario perbaikan
pembelajaran.
b.
Tahap
Pelaksanaan
Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada
hari Jum’at, tanggal 8 Maret 2013 pukul 07.30 sampai pukul 08.40 di kelas V SD Negeri 2 Platar Kecamatan
Tahunan Kabupaten Jepara.
c.
Tahap
Pengumpulan data
Pengumpulan
data siklus I dilaksanakan pada hari Jum’at, 8 Maret 2013 sampai hari Sabtu, 9
Maret 2013. Dalam pengumpulan data peneliti dibantu oleh supervisor 1 dan2.
Kemudian hasil dari pengumpulan data tadi dikonsultasikan lagi pada supervisor
1 dan 2 sebagai pembimbinng.
d.
Tahap
Refleksi
Peneliti melakukan refleksi siklus I pada
hari Senin, 11 Maret 2013.
3.
Diskripsi
Siklus II
a.
Tahap
Perencanaan
Peneliti membuat skenario perbaikan
pembelajaran siklus II dengan bimbingan supervisor 1 dan 2 pada hari Kamis, 14
Maret 2013 sampai hari Jum’at, 15 Maret 2013.
b.
Tahap
Pelaksanaan
Rencana perbaikan pembelajaran siklus II
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 16 Maret 2013 pukul 07.30 s.d. 08.40 di
kelas V SD Negeri 2 Platar Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.
c.
Tahap
Pengumpulan data
Pengumpulan
data siklus II dilaksanakan hari Sabtu, 16 Maret 2013 sampai hari Minggu, 17
Maret 2013 yang tetap dibantu oleh supervisor 2 bapak Sumarno, S.Pd. sebagai
observer sekaligus penguji 1 dan ibu Maryatun, S.Pd. sebagai observer sekaligus
penguji 2. Kemudian hasil dari pengumpulan data tadi dikonsultasikan kepada
supervisor 1 dan 2.
d.
Tahap
Refleksi
Peneliti melakukan refleksi siklus II
pada hari Senin, 18 Maret 2013.
C. Teknik
Analisis data
Teknik analisis datanya meliputi
(1) analisis data hasil tes formatif, untuk mengetahui hasil ketuntasan
belajar. Belajar dikatakan berhasil jika nilai lebih atau sama dengan KKM yaitu
75. (2) Lembar observasi/pengamatan keaktifan guru dan siswa.
IV.
Hasil
dan Pembahasan
A.
Diskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Pra
Siklus
Pada pra siklus ini dipunyai data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil tes formatif pra siklus
No
|
Uraian
|
Nilai
|
1
2
3
4
|
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rerata
Rentang nilai
|
40
100
65
60
|
Pada waktu pembelajaran pada pra
siklus, guru menyampaikan materi IPA tentang pesawat sederhana terlalu banyak
menggunakan metode informasi dan kurang menggunakan alat peraga yang sudah
disiapkan dengan baik. Kebanyakan siswa merasa bosan dan tidak memperhatikan
pembelajaran dengan baik dan kurang aktif dalam pembelajaran.
Siklus
I
Pada siklus I
ini dipunyai data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil tes formatif siklus I
No
|
Uraian
|
Nilai
|
1
2
3
4
|
Nilai terendah
Nilai
tertinggi
Nilai rerata
Rentang nilai
|
60
100
81
40
|
Pada
kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I, guru menyampaikan materi IPA
tentang pesawat sederhana pada kelas V dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual. Sebagian siswa memperhatikan dengan baik, suasana pembelajaran
terlihat hidup.
Siklus II
Pada siklus II ini dipunyai data sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil tes formatif siklus II
No
|
Uraian
|
Nilai
|
1
2
3
4
|
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rerata
Rentang nilai
|
70
100
91
30
|
Pada
kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II, guru menyampaikan materi IPA
tentang pesawat sederhana pada kelas V dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual secara maksimal dengan menekankan pengaktifan siswa pada setiap
kegiatan pembelajaran, menekankan pada
pemberian bimbingan dan motivasi.
B.
Pembahasan Hasil penelitian Perbaikan
pembelajaran
1.
Pra siklus
Dari hasil tes formatif pra siklus,
dari 17 siswa kelas V, hanya 6 siswa yang berhasil mencapai tuntas belajar,
memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan. Sedangkan 11 siswa lainnya
mengalami kegagalan tuntas belajar. Nilai rata-rata siswa pun rendah, karena
hanya mencapai 65. Tingkat ketuntasannya pun hanya 35%.
2.
Siklus I
Ternyata
hasil tes formatif pada perbaikan pembelajaran pada siklus I, ada 10 siswa yang
berhasil mencapai tuntas belajar, memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan.
Sedangkan 7 siswa lainnya mengalami kegagalan tuntas belajar. Nilai rata-rata
siswa naik menjadi 81. Tingkat ketuntasannya naik menjadi 59%.
3.
Siklus II
Berdasar
pada hasil belajar pada siklus I, guru kembali mengambil langkah untuk
merencanakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Dalam hal ini
peneliti tetap masih menerapkan model pembelajaran kontekstual, dengan lebih
menekankan pada siswa untuk aktif dan memberikan bimbingan maupun motivasi
selama pembelajaran.
Ternyata
hasil tes formatif pada perbaikan pembelajaran pada siklus II, ada 16 siswa
yang berhasil mencapai tuntas belajar, memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan.
Sedangkan hanya ada 1 siswa yang mengalami kegagalan tuntas belajar. Nilai
rata-rata siswa naik menjadi 91. Tingkat ketuntasannya naik menjadi 94%.
V.
Simpulan
dan Saran Tindak Lanjut
1.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar
IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V semester 2 SD N Platar Kecamatan
Tahunan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran
2012/2013 baik secara teotik maupun secara empirik.
2.
Saran Tindak Lanjut
Atas dasar simpulan di atas ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagai tugas profesional.
1.
Guru hendaknya menerapkan model
pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi dalam setiap pembelajaran.
2.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami konsep, guru hendaknya banyak membimbing, memotivasi dan selalu
melibatkan siswa aktif secara langsung selama pembelajaran.
3.
Guru hendaknya selalu menciptakan
suasana kelas yang kondusif, intensif, dan menyenangkan supaya siswa merasa
senang dan terkesan dengan pembelajaran yang disampaikan guru.
4.
Guru hendaknya selalu menerapkan
karakter yang sesuai dengan kepribadian bangsa terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
DAFTAR
PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta
Baitur. 2004. Sains untuk Kelas V SD. Jakarta : Tropica.
Indrawati. Setiawan, Wanwan. 2010. Bahan Belajar Mandiri Model-model
Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Purwanto, 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta
: Rajawali Pers
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Sutarno, Nono, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta
: Universitas Terbuka
Taufiq, Agus. L. Mikarsa, Hera. L.
Prianto, Puji. Pendidikan Anak di SD. Jakarta
: Universitas Terbuka
Zaini, Hisyam. Munthe, Bermawy. Ayu
Aryani, Sekar. 2007. Strategi
Pembelajaran aktif. Yogyakarta : CTSD
Thanks for reading & sharing Mukholis
0 comments:
Post a Comment