Home » , » MENGAWALI SEGENAP AKTIVITAS DENGAN BASMALAH

MENGAWALI SEGENAP AKTIVITAS DENGAN BASMALAH


MENGAWALI SEGENAP AKTIVITAS DENGAN BASMALAH

DENGAN BISMILLAH BERARTI MENYANDARKAN SEGALA URUSAN KEPADA ALLAH, MENGUBAH KELEMAHAN DAN KETIDAKBERDAYAAN MENJADI KEKUATAN

Perbincangan seputar Bismillahirrohmanirrohim mendapat tempat tersendiri di sejumlah literature tafsir yang ada. Sayyid Quthub dalam tafsirnya Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan bahwa memulai dengan nama Allah SWT adalah adab dan bimbingan pertama yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi-nya. Wahyu pertama, Iqra’ Bismi Rabbika (Bacalah dengan nama Tuhanmu), menjadi semacam perintah Allah SWT kepada para Nabi-Nya untuk melakukan pembacaan dan memulai aktivitas dengan nama Allah SWT.

Dalam ranah ajaran islam yang kita kenal, seruan untuk memulai segala aktivitas dengan Bismillah bukan sekedar seruan tak berpesan dan nihil dari kaidah penuntun. Dalam islam, Allah SWT dikenal dan diposisikan sebagai Al- Awwal wal-Akhir wadh-dhahir wal-Bathin (Dia yang Pertama dan Dia pula yang Terakhir, Dia yang tampak dengan jelas (bukti-bukti wujud-Nya)dan Dia pula yang Tersembunyi (terhadap siapapun hakikat-Nya).

            Sebab dia yang maha suci itulah yang merupakan wujud yang hak, yang dari-Nya semua wujud memperoleh wujud-Nya. Sebab, dari-Nya bermula yang semua memiliki permulaan. Dan, sebab dengan nama-Nya pula terlaksana setiap gerak dan arah. Maka sudah seharusnya, demikian Sayyid Quthub, dengan nama-Nya pula segala sesuatu harus dimulai.
            Allah SWT sendiri memulai kitab-Nya dengan Bismillahirrohmanirrohim. Lihat saja, seluruh surat dalam Al-Qur’an yang jumlahnya 114 surat itu nyatanya dimulai dengan Bismillahirrohmanirrohim, kecuali pada surat At-Taubah(Baraah).

            Dibalik ragam tafsir bernada sanjungan pada Dia yang Pertama dan Dia yang Terakhir lewat sebaris kalimat Bismillahirrohmanirrohim itu, mengantarkan seorang pakar tafsir Indonesia, M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbahnya pada satu kesimpulan bahwa Bismillahirrohmanirrohim merupakan pesan pertama Allah kepada manusia. Sebuah pesan agar manusia memulai setiap aktivitasnya dengan nama Allah.

PADA HURUF BA’
            Dari 19 huruf yang ada pada Bismillahirrohmanirrohim, huruf mendapat perhatian khusus dari sementara mufassir yang ada. Bermula dari sebuah penafsiran bahwa ke-114 surat yang ada dalam Al-Qur’an dan ke-6.236 ayatnya terhimpun dalam surat Al-Fatihah, sejumlah penafsiran tentang hal ini bermunculan. Hampir bersamaan dengan itu, mengemuka penafsiran lainnya lagi yang menyebut bahwa surat Al-Fatihah tersimpul didalam Bismillahirrohmanirrohim.

            Tak berhenti disini, penafsiran lain berkembang dan menyebut bahwa kandungan Bismillahirrohmanirrohim terangkum dalam huruf Ba’  yang ada pada permulaan Bismillah. Puncaknya, muncul sebuah penafsiran yang menyebut bahwa huruf ba’ pada Bismillah  terangkum dalam titik yang ada pada huruf ba’.

            Jika saja penafsiran yang disebut terakhir benar, berarti seluruh isi Al-Qur’an yang terdiri dari 114 surat dan mengandung 6.236 ayat terhimpun pda satu titik: titik yang ada pada huruf ba’!

            Secara tegas Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar menyangkal terhadap penafsiran ini. Bahwa penafsiran seperti ini hanya akal-akalan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, menurut Al-Qur’an maupun hadist.
            Penyangkalan Hamka berangkat dari stuktur logika gramatika bahasa arab yang menyebutkan bahwa sebuah huruf baru bisa memiliki arti ketika ia dirangkaikan dengan huruf atau kalimat yang lain. Dengan pemahaman seperti ini, tidak mungkin satu huruf ba’ merangkum 6.236 ayat yang ada dalam Al- Qur’an. 

Yang jauh lebih sulit diterima kebenarannya lagi adalah ketika dikatakan bahwa keseluruhan ayat dalam Al-Qur’an terangkum dalam titik huruf ba’. Tentang hal ini, dalam tafsir Al- Azharnya, Hamka menunjukkan bukti-bukti sejarah kodifikasi Al-Qur’an, dari muai pengumpulan mushaf Al-Qur’an dilakukan hingga sejarah pemberian titik dan harokat pada setiap huruf yang ada dalam Al-Qur’an. Dalam karyanya itu Hamka menyebutkan, pada masa Abu Bakar Ash-Syidiq maupun ketika Usman Bin Affan mamarintahkan untuk mengumpulkan mushaf Al-Qur’an, huruf-huruf Al-qur’an yang ada saat itu belum ada tanda bacanya. Huruf-huruf Al-Qur’an sendiri baru diberi titik pada pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, khalifah ke-5 bani Umayyah. Sedangkan pemberian harokat fathah, dhommah, kasroh dan sukun dilakukan jauh sebelumnya. Seorang bapak ilmu nahwu,Abul Aswad ad-Duali, memberikan tanda baca Al-Qur’an pada masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Kholifah bani Umayyah yang pertama. 

Latar sejarah diatas memberi sebuah pemahaman bahwa tidak mungkin kandungan keseluruhan ayat yang ada dalam Al-Qur’an hanya terangkum dalam titik yang ada pada huruf ba’, sementara penghimpunan Al-Qur’an sudah dilakukan jauh sebelum titik pada huruf ba’ itu ada. Seolah meluruskan pemahaman tentang makna yang dikandung huruf ba’ pada Bismillahirrohmanirrohim, M. Quraish Shihaab dalam Tafsir Al- Misbah memberikan anasirnya. Menurutnya ba’ yang dibaca bi yang diterjemahkan dengan kata “dengan” mengandung arti “memulai”. Terkadang arti “memulai” itu sendiri berwujud dalam bentuk “perintah”, terkadang lagi dekat dengan arti “kekuasaan”.

Dengan segenap kandungan pengartian ini, ketika seseorang membaca Bismillahhirrohmannirrohim, boleh jadi arti yang dikandungnya adalah “saya atau kami memulai apa yang kami kerjakan ini dengan nama Allah swt.” Atau,boleh jadi mengandung arti perintah,” Mulailah pekerjaanmu dengan nama Allah.”Dan, tak menutup kemungkinan dalam benak si pengucap tersimpan arti kekuasaan,”dengan kekuasaan Allah dan pertolongn-Nya, pekerjaan yang sedang saya lakukan ini dapat terlaksana”.

Segenap kandungan arti Bismillahhirrohmanirrohim yang akan diucapkan seseorang ketika akan memulai aktivitasnya merefleksikan kesadran si pengucap akan kelemahan dan betapa terbatasnya daya yang dimilikinya.

Dengan kesadaran penuh akan segenap ketidakberdayaan-nya itu, ia pun menyerahkan segenap urusannya dan memohon segala bantuan hanya kepada sang pengatur segala urusan.

Dengan segenap kerendahan hati, si pengucap sadar bahwa titik tolak apa yang dilakukannya adalah Allah swt semata. Bahwa, ia tidak mungkin dapat melakukan pekerjaannya kecuali atas bantuan dan kekuasaan Allah swt.

Thanks for reading & sharing Mukholis

Previous
« Prev Post

0 comments:

Post a Comment